Senin, 25 November 2019

Konsep dasar Postpartum
1.         Definisi Postpartum
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih  6 minggu (Saleha, 2009).
2.         Tujuan Asuhan Postpartum (Masa Nifas)
Tujuan Asuhan Postpartum (masa nifas) normal dibagi dua yaitu :
a.         Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasanagannya selama masa transasi awal mengasuh anak.
b.        Tujuan Khusus
1)        Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2)        Melaksanakan Skrining yang komprehensif, Mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,Menyusui, Pemberian imunisasi,dan perawatan bayi sehat.
4)        Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Ambarwati, 2009)
c.         Tahapan Postpartum (masa nifas)
Tahapan postpartum (masa nifas) terbagi manjadi 3 tahapan, yaitu sebagai berikut :
1)        Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karna atonia uteri. Oleh karna itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
2)        Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3)        Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konsling KB. (Saleha, 2009)
d.        Asuhan kunjungan masa nifas (Postpartum) normal
Asuhan kunjungan masa nifas (Postpartum) terbagi  menjadi 4 kunjungan, yaitu :
1)    Kunjungan I: Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan yang bertujuan:
a.  Mencegah perdarahan masa nifas (postpartum) karna atonia uteri
b.  Pemantau keadaan umum ibu
c.  Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attatchment)
d.  ASI eksklusif
2)    Kunjungan II : Asuhan 6 jam setelah melahirkan, yang bertujuan:
a.  Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus  dibawah umbilicus dan tidak ada  tanda-tanda perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi
e.  Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
3)    Kunjungan III : 2 Minggu setalah Postpartum, yang bertujuan :
a.  Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada   tanda-tanda perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi
e.  Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
4.    Kunjungan IV: 6 Minggu setelah postpartum
a.  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami
b. Memberikan konsling untuk KB secara dini, Imunisasi, senam nifas, dan tand-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi. (Ambarwati, 2009)

B.       Konsep dasar Perdarahan Postpartum
1.    Definisi Perdarahan Postpartum
Pendarahan postpartum adalah pendarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal. kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah pendarahan yang terjadi, maka batasan jumlah pendarahan disebut sebagai perdarahan yang labih dari normalyang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasen mengeluh lemah, pucat, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100 x/menit, kadar Hb < 8 g/dL (Joseph, 2010).


              2.       Etiologi
a.         Atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Winkjosastro, 2009).
b.        Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi robekan spontan perineum dan truma forceps dan vakum ekstraksi. Robekan yang terjadi bisa ringan seperti luka episiotomi robekan perenium dan robekan pada dinding vagina yang terberat ruptura uteri.oleh karna itu pada setiap persalinan hindaklah dilakukan inspeksi yang teliti untuk mencari adanya robekan (Winkjosastro, 2009).
c.         Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam (30 menit) setelah pesalinan bayi (Manuaba, 2012).
d.        Inversi Uterus
Inversi Uterus adalah keadaan di mana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit. (Winkjosastro, 2009)

e.         Tertinggalnya sebagian plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. (Rukiyah, 2010)
3.    Penyebab perdarahan postpartum Primer
a.    Uterus atonik (terjadi Karen misalnya : placenta atau selaput ketuban tertahan).
b.    Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan  termasuk sectio caesaria, episiotomi).
c.    Koagulasi intravascular diseminata.
d.    Inversi uterus.
4.    Penyebab Perdarahan Postpartum Sekunder
a.    Fragmen placenta atau selaput ketuban tertahan.
b.    Pelepasan jarinan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina, kandung kemih, rectum).
c.    Terbukanya luka pada uterus (setelah section caesaria, ruptur uterus). (Widyasih, 2009)
5.    Diagnosis perdarahan postpartum
a.    Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. Apabila hal ini dibiarkan teruskan, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada.
b.    Perdarahan yang terjadi di sini dapat deras atau merembes saja. Perdarahan yang deras biasanya akan menarik perhatian, sehingga cepat ditangani, sedangkan perdarahan yang merembes karna kurang Nampak sering kali tidak mendapat perhatian yang seharusnya. Perdarahan yang bersifat merembes ini bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat.
c.    Kadang-kadang perdarahan tidak keluar dari vagina, tetapi numpuk di vagina dan terus.
d.    Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan yang lengkap meliputi anamnesis pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen,dan pemeriksaan dalam.
e.    Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus didapat membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahiruterus berkontraksi dengan baik, sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan ekplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditemukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta (Winkjosastro, 2005).
Konsep dasar Postpartum
1.         Definisi Postpartum
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih  6 minggu (Saleha, 2009).
2.         Tujuan Asuhan Postpartum (Masa Nifas)
Tujuan Asuhan Postpartum (masa nifas) normal dibagi dua yaitu :
a.         Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasanagannya selama masa transasi awal mengasuh anak.
b.        Tujuan Khusus
1)        Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2)        Melaksanakan Skrining yang komprehensif, Mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,Menyusui, Pemberian imunisasi,dan perawatan bayi sehat.
4)        Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Ambarwati, 2009)
c.         Tahapan Postpartum (masa nifas)
Tahapan postpartum (masa nifas) terbagi manjadi 3 tahapan, yaitu sebagai berikut :
1)        Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karna atonia uteri. Oleh karna itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
2)        Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3)        Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konsling KB. (Saleha, 2009)
d.        Asuhan kunjungan masa nifas (Postpartum) normal
Asuhan kunjungan masa nifas (Postpartum) terbagi  menjadi 4 kunjungan, yaitu :
1)    Kunjungan I: Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan yang bertujuan:
a.  Mencegah perdarahan masa nifas (postpartum) karna atonia uteri
b.  Pemantau keadaan umum ibu
c.  Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attatchment)
d.  ASI eksklusif
2)    Kunjungan II : Asuhan 6 jam setelah melahirkan, yang bertujuan:
a.  Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus  dibawah umbilicus dan tidak ada  tanda-tanda perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi
e.  Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
3)    Kunjungan III : 2 Minggu setalah Postpartum, yang bertujuan :
a.  Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus dan tidak ada   tanda-tanda perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi
e.  Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
4.    Kunjungan IV: 6 Minggu setelah postpartum
a.  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami
b. Memberikan konsling untuk KB secara dini, Imunisasi, senam nifas, dan tand-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi. (Ambarwati, 2009)

B.       Konsep dasar Perdarahan Postpartum
1.    Definisi Perdarahan Postpartum
Pendarahan postpartum adalah pendarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan abdominal. kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah pendarahan yang terjadi, maka batasan jumlah pendarahan disebut sebagai perdarahan yang labih dari normalyang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasen mengeluh lemah, pucat, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100 x/menit, kadar Hb < 8 g/dL (Joseph, 2010).


              2.       Etiologi
a.         Atonia uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Winkjosastro, 2009).
b.        Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi robekan spontan perineum dan truma forceps dan vakum ekstraksi. Robekan yang terjadi bisa ringan seperti luka episiotomi robekan perenium dan robekan pada dinding vagina yang terberat ruptura uteri.oleh karna itu pada setiap persalinan hindaklah dilakukan inspeksi yang teliti untuk mencari adanya robekan (Winkjosastro, 2009).
c.         Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam (30 menit) setelah pesalinan bayi (Manuaba, 2012).
d.        Inversi Uterus
Inversi Uterus adalah keadaan di mana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit. (Winkjosastro, 2009)

e.         Tertinggalnya sebagian plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. (Rukiyah, 2010)
3.    Penyebab perdarahan postpartum Primer
a.    Uterus atonik (terjadi Karen misalnya : placenta atau selaput ketuban tertahan).
b.    Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan  termasuk sectio caesaria, episiotomi).
c.    Koagulasi intravascular diseminata.
d.    Inversi uterus.
4.    Penyebab Perdarahan Postpartum Sekunder
a.    Fragmen placenta atau selaput ketuban tertahan.
b.    Pelepasan jarinan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina, kandung kemih, rectum).
c.    Terbukanya luka pada uterus (setelah section caesaria, ruptur uterus). (Widyasih, 2009)
5.    Diagnosis perdarahan postpartum
a.    Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu diperhatikan ada perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. Apabila hal ini dibiarkan teruskan, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai predisposisi tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada.
b.    Perdarahan yang terjadi di sini dapat deras atau merembes saja. Perdarahan yang deras biasanya akan menarik perhatian, sehingga cepat ditangani, sedangkan perdarahan yang merembes karna kurang Nampak sering kali tidak mendapat perhatian yang seharusnya. Perdarahan yang bersifat merembes ini bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus ditampung dan dicatat.
c.    Kadang-kadang perdarahan tidak keluar dari vagina, tetapi numpuk di vagina dan terus.
d.    Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan yang lengkap meliputi anamnesis pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen,dan pemeriksaan dalam.
e.    Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus didapat membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahiruterus berkontraksi dengan baik, sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan ekplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditemukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta (Winkjosastro, 2005).